SETIAP ORANG ITU UNIK

Hampir setiap hari saya terima email yang isinya minta contoh CV dan surat lamaran kerja yang menarik. Yang efektif. Yang bisa kasih "tiket" ke interview kerja. Setiap kali saya terima email seperti ini, saya selalu bingung. Dilematis. Di satu sisi, saya ingin sekali kasih contoh CV dan surat lamaran kerja itu untuk membantu teman-teman, siapa tahu bisa pada cepat dapat kerja yang diinginkan. Tapi di sisi lainnya, saya pikir kalau saya langsung kasih contoh CV dan surat lamaran kerja itu, jangan-jangan malah saya merugikan teman-teman. Bisa-bisa mereka justru akan kehilangan kesempatan mendapat "tiket" itu gara-gara saya kasih contoh yang keliru.

Menurut teori dan berdasarkan pengalaman saya selama ini, CV yang bagus, yang menarik, dan yang berhasil membawa pelamar kerja ke tahap interview adalah CV yang "taylor-made". Artinya CV itu harus disesuaikan dengan latar belakang si pelamar kerja dan si pemberi kerja atau perusahaan. Jadi tidak ada satu model CV atau surat lamaran kerja yang bisa dipakai oleh semua orang. Sebab setiap orang itu unik.

Coba saya ambil contoh 2 orang yang pernah jadi klien saya, Tommy dan Satya. Tommy adalah Sarjana Akuntansi dari sebuah Perguruan Tinggi Swasta terkemuka di Jakarta. Waktu pertama kali menghubungi saya, dia cerita dengan memelas bahwa sudah setahun lebih dia menganggur. Dia sudah kirim lamaran ke sana-sini, tapi nggak ada yang tembus. Cita-cita jangka pendeknya ingin bekerja sebagai Auditor. Kalau jangka panjangnya, ingin jadi CEO. Waktu saya lihat CV yang dia buat, di sana cuma tercantum data dirinya (seperti yang ada di KTP), tempat pendidikannya, dan 2 kursus yang pernah dia ikuti. Sudah. Cuma itu saja isi 1 lembar CVnya.

Saya pikir, nggak heran kalau dia belum pernah dipanggil interview karena CV itu "dingin", nggak bercerita apa-apa tentang dirinya. Apalagi tentang kelebihannya. Apa yang mau "dipromosikan" dari dirinya? Jadi dalam proses "reparasi" CV dan surat lamarannya, saya banyak tanya ini-itu sama dia, terutama soal pengalaman kerjanya, apa yang dia kerjakan saat itu dan yang pernah dia lakukan dulu -- karena dia nggak mencantumkan ini dalam CVnya.

Waktu saya tanya soal ini, Tommy bilang saat itu dia membantu orangtuanya mengelola toko mereka. Terus saya tanya lagi tentang pengalamannya dulu: pernah usaha apa? Pokoknya saya minta dia ceritakan apa yang pernah dikerjakan atau dilakukan meskipun cuma melakukan itu sebentar. Bahkan cuma sehari-dua hari! Ternyata dia pernah coba ikutan bisnis MLM. Ternyata dia juga pernah bantu-bantu teman adiknya yang punya usaha video game dan warnet. Di sini, salah satu yang Tommy kerjakan adalah menerjemahkan semua instruksi berbagai video game itu. Nah 'kan ternyata minimal dia punya 3 pengalaman kerja! Berhubung dia masih masuk dalam kategori "Fresh Graduate" maka penting sekali untuk mencantumkan informasi ini ke dalam CVnya. Sebab informasi ini menunjukkan pengalaman dan etos kerjanya. Tujuannya supaya perusahaan bisa melihat bahwa dia punya kemampuan dan kemauan untuk bekerja.

Saya juga tanya ke Tommy pelajaran apa yang pernah dia dapatkan di bangku kuliah yang kira-kira relevan dengan pekerjaan yang akan dilamarnya. Kemudian Tommy memberi saya daftar mata kuliahnya dan kami memilah-milah mana saja yang relevan. Daftar mata kuliah ini diletakkan di salah satu bagian strategis di CV. Lagi-lagi untuk menunujukkan bahwa meskipun dia fresh graduate, tapi dia menguasai berbagai ilmu dan keterampilan itu.

Berbeda dengan Tommy, Satya banyak bercerita dalam CVnya. Sejak SD hingga SMA, dia mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah top di Jakarta. Kemudian dia kuliah di Australia mengambil jurusan IT. Sambil kuliah, dia pernah bekerja part-time di beberapa tempat termasuk McDonald's dan di sebuah supermarket di Australia. Sebenarnya pengalaman kerja ini adalah kelebihan dari Satya dan sudah ia ditunjukkan dalam CVnya. Tapi masalahnya dalam masa 3 tahunan bekerja, dia sering sekali pindah-pindah kerja, jadi kalau CVnya disusun dengan menaruh masa kerjanya di tempat yang mudah terlihat, orang yang membaca CVnya bisa-bisa menilai Satya adalah orang yang nggak loyal, nggak serius, mungkin bekerja cuma buat iseng-iseng saja atau hanya kalau lagi mood.

Karena Satya sudah banyak menulis tentang pengalaman kerjanya, bahkan prestasi-prestasi kerjanya, pertanyaan-pertanyaan saya ke dia lebih berkisar soal data-data kuantitatif dan kualitatif yang bisa menguatkan pernyataan tentang prestasi kerjanya. Misalnya kira-kira Mengapa dia berhasil? Apa yang dia lakukan? Berapa nominal yang dia hasilkan untuk perusahaan? Apakah ada waktu dan tenaga yang dihemat perusahaan dengan dia mengerjakan tugasnya? Selain untuk mendukung pernyataan tentang prestasi kerjanya, informasi ini juga berguna untuk menunjukkan bahwa Satya serius dan tekun dalam bekerja -- untuk menepis kesan negatif dari pengalamannya yang sering pindah-pindah tempat kerja.

Saya juga minta Satya memberi daftar mata kuliah yang pernah dia dapat di kampus. Tapi informasi ini tidak saya masukkan ke dalam CVnya karena pengalaman kerjanya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa dia punya kemampuan untuk bekerja.

Tentang cita-citanya, Satya belum punya bayangan mau kerja apa. Dia cuma bilang ingin kerja di kantor yang bisa dapat gaji minimal 2,5 juta rupiah per bulan. Setelah berdiskusi dengan Satya, karena belum tahu CV itu mau dikirim ke mana, maka saya menyarankan agar CVnya dibuat 2 versi. CV pertama yang menonjolkan keahlian IT-nya, sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dan CV kedua lebih menekankan keahliannya dalam "Customer Service", sesuai dengan pengalaman kerjanya.

Dari ilustrasi sederhana tadi bisa dilihat bahwa karena latar belakang yang berbeda, karena keinginan yang berbeda maka CV dan surat lamaran kerja Tommy tidak sama dengan Satya. Hal-hal yang harus ditekankan pada CV dan surat lamaran Tommy dan Satya juga berbeda. Bahkan CV Satya yang menekankan pada bidang IT-nya berbeda format dengan CV yang menekankan pada kemampuan "Customer Service"-nya. Jadi satu orang yang sama tapi punya 2 arah tujuan yang berbeda harus menggunakan "kendaraan" yang berbeda pula. Inilah yang saya maksud dengan "taylor-made", harus disesuaikan degan keunikan masing-masing pribadi dan tujuannya.

Yang paling penting sebelum menyusun CV adalah benar-benar melihat ke dalam diri kita sendiri. Apa kelebihan kita? Apa kekurangan kita? Coba flashback, diingat-ingat kembali, apa yang sudah kita lakukan? Apa keberhasilan kita? Apa yang membuat kita berhasil? Setelah itu coba proyeksikan ke depan. Tujuan kita mau ke mana? Apa yang ingin kita raih? Komponen-komponen inilah yang membuat masing-masing orang menjadi unik. Inilah yang bikin CV menarik.

Kalau dipikir-pikir di dalam perusahaan ada berbagai macam karakter dan latar belakang orang. Karena perusahaan memang tidak bisa jalan kalau diisi oleh orang yang mempunyai karakter dan latar belakang yang sama. Bayangkan kalau semua orang di sana punya jiwa sebagai pemimpin, bisa-bisa muncul kompetisi untuk saling mendominasi, dan tidak ada yang mau menjalankan perintah dari sesama rekan kerja. Misalnya semua orang di kantor adalah orang yang "micro-management", semua akan asik berkutat dengan detail kecil dalam laporan atau proposal, dan tidak ada yang menggagas peluang-peluang pengembangan proyek. Jadi intinya, perusahaan butuh berbagai macam orang. Ini toh adalah hukum alam. Bukankah Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang sama? Agar manusia saling melengkapi.

Kembali lagi ke pembicaraan saya di awal. Tentang kebingungan saya sebaiknya memberi atau tidak memberi contoh CV dan surat lamaran kerja itu. Saya punya ratusan CV dan surat lamaran kerja. Lantas yang mana yang harus saya berikan untuk Rinaldi... Herman... Rully... Ismail... Subkhan... Ivan... Selvy... Yosmarianti... Lusita.. dll... dll.. dll? Saya belum kenal mereka. Mana yang paling cocok untuk mereka?

Saya nggak bisa milih...

0 komentar:

Posting Komentar