BAB 5: MENGANTISIPASI DISKRIMINASI

Rekrutmen itu kadang tidak adil. Walaupun mungkin sudah ada kebijakan-kebijakan dari pemerintah maupun perusahaan/organisasi yang sengaja dibuat untuk memperkecil diskriminasi, namun kadang masih tetap terjadi. Sementara banyak pelamar tidak menyadari tentang informasi yang berpotensi menimbulkan perlakuan sikap yang berbeda atau adanya prasangka buruk dari rekruiter, seperti status pernikahan, kesehatan, usia, penampilan fisik dan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya sikap diskriminatif, simaklah kiat-kiat berikut ini:

1. Hati-hati dengan status pernikahan
2. Jika anda sehat, katakanlah
3. Ketika kekurangan menjadi kelebihan
4. Cantumkan usia anda, jika sesuai kriteria
5. Jika tidak sesuai kriteria, jangan cantumkan usia anda
6. Biarkan usia anda diketahui saat interview

1. Hati-hati dengan Status Pernikahan
Masyarakat kita pada umumnya masih berpandangan bahwa urusan rumah tangga, khususnya mengurus dan membesarkan anak adalah urusan perempuan, sementara laki-laki bekerja mencari nafkah. Stereotipe seperti ini, sayangnya, juga kadang terjadi dalam proses rekrutmen. Meskipun pada dasarnya perempuan dilindungi oleh hak asasi manusia [HAM], termasuk HAM bagi perempuan, namun banyak atasan yang belum memahami hal ini atau kalaupun sudah mengerti tentang ini, ada yang enggan menerapkannya di perusahaan/organisasi. Mereka khawatir urusan rumah tangga akan menggangu performa kerja perempuan. Meski pada kenyataannya urusan rumah tangga adalah urusan bersama perempuan dan laki-laki. Karena proses rekrutmen bisa sangat diskriminatif, disarankan bahwa jika Anda seorang laki-laki, cantumkan status pernikahan Anda, namun jika Anda seorang perempuan, jangan cantumkan status pernikahan Anda.

2. Jika Anda Sehat, Katakanlah
Perlukah Anda memberitahukan calon atasan Anda mengenai kondisi kesehatan Anda? Sebenarnya masalah kondisi kesehatan Anda cukup Anda saja yang tahu. Akan tetapi, calon atasan tentunya menginginkan karyawan yang dapat bekerja daripada tidak dapat bekerja karena mengidap penyakit dan mengakibatkan perusahaan mengeluarkan biaya pengobatan. Karena itu, jika Anda sehat, katakanlah – bila Anda merasa perlu. “Baik” biasanya kata yang paling sering digunakan untuk menerangkan kondisi kesehatan.

Cara lain untuk menciptakan kesan bahwa Anda sehat adalah dengan menyertakan informasi tentang aktivitas olahraga dalam minat atau hobi Anda, dan bila memungkinkan, informasi prestasi olahraga, kapan pun Anda meraihnya. Referensi semacam ini menunjukkan bahwa Anda sehat pada suatu saat dalam kehidupan Anda. Ini pun mengisyaratkan bahwa Anda kini masih sehat.

Atasan memiliki alasan-alasan yang jelas mengapa mereka cenderung menolak kandidat yang lemah dan sakit, seberapa pun sehatnya mereka sekarang. Tempat terbaik untuk mengukur kecocokan kondisi kesehatan Anda dengan pekerjaan yang Anda lamar adalah pada saat wawancara, bukan pada tahap CV. Jadi, bila Anda sehat, sebutkanlah.

Jika kondisi kesehatan Anda kurang baik, jangan cantumkan pada CV. Alasan mengapa Anda kembali kerja pastilah karena Anda sehat. Topik semacam ini cukup dibicarakan pada saat wawancara saja. Jika ada dua kandidat yang menawarkan keahlian dengan pengalaman yang sama, namun salah satunya mengakui bahwa ia pernah mengidap penyakit yang cukup serius sedangkan kandidat yang lainnya tidak (walaupun ia juga pernah mengidap penyakit yang sama), sudah jelas kandidat yang mana yang akan diberikan kesempatan wawancara lebih dahulu.

3. Ketika Kekurangan Menjadi Kelebihan
Ada pengecualian apabila Anda cacat jasmani atau lebih tepatnya diffable [different abilities] yang berarti memiliki kemampuan yang berbeda. Banyak atasan yang menerapkan aturan diskriminasi positif terhadap orang diffable di tempat kerjanya. Apabila kemampuan yang berbeda tersebut tidak menghambat kinerja secara langsung, kondisi ini bisa jadi justru akan menjamin Anda mendapatkan panggilan wawancara.

Jika kemampuan yang berbeda itu tampak jelas, sebaiknya informasikan hal ini pada calon atasan Anda sebelum datang wawancara [baik hal itu telah disinggung pada CV maupun belum]. Jika Anda menggunakan kursi roda, misalnya, bila Anda tidak memberitahukan terlebih dahulu pada calon atasan, maka yang diingat atasan terhadap wawancara Anda adalah kondisi Anda, sementara keahlian dan pengalaman yang dapat Anda sumbangkan bagi perusahaan/organisasi mungkin tidak terlalu lekat dalam ingatannya.

4. Cantumkan Usia Anda, Jika Sesuai Kriteria
Banyak palamar yang secara otomatis mencantumkan usianya. Informasi mengenai usia bisa menguntungkan dan merugikan Anda. Apabila dalam lowongan pekerjaan disebutkan kriteria maksimal 28 tahun, jika usia Anda masuk dalam kriteria tersebut, maka cantumkan usia tersebut. Hal ini bisa membuat lamaran Anda lolos seleksi tahap pertama, atau lolos kualifikasi awal. Banyak pelamar yang usianya melebihi kriteria, tetap mengirimkan lamarannya. Jika terlihat usia mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan perusahaan/organisasi, maka lamaran itu, bisa dimasukkan dalam tumpukan “DITOLAK”

5. Jika Tidak Sesuai Kriteria, Jangan Cantumkan Usia Anda
Jika usia Anda sudah melewati batas kriteria/kualifikasi, tidak ada salahnya Anda tetap mengirimkan CV namun tanpa mencantumkan usia dan tanggal lahir Anda. Seringkali HRD sulit mendapatkan orang yang memenuhi semua kriteria. Mungkin saja Anda lolos seleksi karena pengalaman Anda memadai, meski usia Anda sudah melewati batas yang ditentukan.

6. Biarkan Usia Anda Diketahui Saat Interview
Jika tidak ada informasi atau kriteria mengenai usia, sebaiknya Anda tidak mencantumkan usia Anda. Sebab Anda tidak tahu secara pasti staf seperti apa yang dibutuhkan. Misalnya: apakah yang dibutuhkan staf yang dengan jam terbang tinggi atau seorang pemula?

Umur tertentu memberi kesan tertentu. Ada yang menganggap orang-orang dengan umur sampai 35 tahun masih energik, sementara yang lebih tua diapandang kurang energik, dan kurang produktif. Ada juga yang mengganggap bahwa orang di bawah usia 28 tahun adalah orang yang belum banyak pengalaman bekerja dan belum matang menghadapi lingkungan kerja, sementara usia di atasnya dilihat lebih berpengalaman lebih matang, dan lebih bisa memimpin. Dan ada beberapa stereotipe lain mengenai umur.

Karena ada stereotipe semacam ini, maka sekali lagi, jika Anda tidak mendapat informasi tentang umur, maka sebaiknya hilangkan saja informasi mengenai umur Anda. Biarkan pihak perusahaan mengetahui usia Anda saat interview. Dengan demikian Anda bisa menunjukkan pengetahuan dan kemampuan Anda, serta kontribusi yang bisa Anda berikan bagi perusahaan, sehingga faktor umur bisa dikesampingkan.

7. Jika Tidak Diminta, Jangan Lampirkan Foto
Naluri dasar manusia adalah mengamati orang lain kemudian menilainya. Nilai yang diberikan bisa positif maupun negatif. Di negara-negara maju, seperti di beberapa negara bagian Amerika Serikat, ada peraturan yang melarang perusahaan/organisasi meminta pelamar kerja melampirkan foto bersama CV-nya. Alasannya karena hanya dengan melihat foto, penilaian subyektif bisa timbul dengan mudah.

Ada kemungkinan Anda akan menjadi korban diskriminasi visual, kecuali Anda adalah salah satu dari 5% orang di dunia yang diberkahi dengan wajah ganteng atau cantik. Riset menunjukkan bahwa kriminal yang dianggap berparas ganteng atau cantik mendapatkan hukuman yang lebih ringan dibandingkan kriminal yang tidak ganteng/cantik.

Media massa adalah industri yang senantiasa menciptakan stereotipe dan citra. Selain ganteng dan cantik, semua pembawa berita di televisi juga terlihat berwibawa. Jarang sekali ada seorang pembawa berita yang berbadan gemuk, walaupun sebenarnya orang berbadan gemuk mampu membaca naskah berita. Jika paras Anda biasa-biasa saja, seperti orang pada umumnya, jangan sertakan foto.

Di iklan-iklan lowongan pekerjaan, kita sering membaca kualifikasi yang diinginkan perusahaan adalah orang yang “berpenampilan menarik”. Nah, menarik ini sebenarnya relatif. Lantas bagaimana kita mengetahui menarik yang bagaimanakah yang diinginkan perusahaan? Karena serba relatif, bila kita belum mendapat gambaran yang pasti tentang apa yang dianggap menarik oleh perusahaan itu, sebaiknya jika tidak diminta, jangan lampirkan foto.

Seandainya Anda mempunyai wajah ganteng/cantik, Anda tetap bisa terdiskriminasi karena mungkin wajah Anda kebetulan mirip dengan seseorang yang dibenci staf penyeleksi, atau karena alasan lainnya seperti gender, ras, suku, agama. Karena itu, sekali lagi, jika tidak diminta, jangan lampirkan foto.

8. Berikan Foto Studio
Jika Anda diminta untuk melampirkan foto, maka Anda memang harus memberikannya. Untuk itu, jangan ragu untuk mengeluarkan uang lebih. Foto yang diambil di boks foto memang cukup bagus, tapi hanya cocok dipasang di KTP atau kartu semacamnya. Ambilah foto diri Anda di studio dan terangkan kepada fotografer, kesan seperti apa yang Anda inginkan. Carilah tiga kata sifat untuk menjelaskan citra yang Anda sudah miliki atau ingin munculkan. Contoh tiga kata sifat yang seringkali terbukti berhasil adalah:

• kompeten, dinamis, dan mau bekerja keras
• profesional, teliti, dan dapat diandalkan
• kreatif, antusias, dan dinamis

Apa pun tiga kata sifat yang cocok dengan Anda, atau yang sesuai dengan tipe pekerjaan yang Anda incar, minta kepada fotografer agar Anda difoto setengah tersenyum. Biasanya seseorang yang difoto setengah tersenyum akan dinilai lebih cerdas, lebih bersahabat, dan lebih mudah bergaul. Memang itulah sebenarnya hal-hal yang dicari dalam diri seorang pekerja.

Pakaian berwarna gelap membuat Anda terlihat lebih berwibawa, sehingga bila cocok, kenakanlah pakaian semacam ini saat Anda difoto. Namun, hati-hati dengan perusahaan/organisasi yang tidak mengharuskan karyawannya berpakaian formal. Di beberapa lembaga non-profit Indonesia atau asing, para karyawannya mengenakan T-shirt di tempat kerja. Jadi, cari informasi terlebih dahulu tentang kebiasaan berpakaian di perusahaan/organisasi tersebut. Walaupun tidak formal, kemeja berkerah dan celana berwarna gelap tetap berkesan formal.

0 komentar:

Posting Komentar